Suka, sayang, cinta…
“Jangan pernah kau masukan aku ke dalam hatimu. Jangan pernah
menerima aku dikehidupanmu. Cukup kamu jadikan aku sahabat terbaikmu.”
Itulah kata kunci dari sepucuk surat yang terkurung disebuah
botol kecil yang diberikan untukku. Dengan tulisan yang sulit aku mengerti.
Ya…! dialah orang yang pertama ku tahu menyukaiku. Sedikit risih dengan
keberadaannya yang terkadang menggangguku. Tapi, ketika dia tak mengusikku aku
sedikit merindukannya. Sebenarnya aku tak mengerti dengan pembahasan yang dia
maksudkan di sepucuk surat itu. Namun, aku bisa menarik kesimpulan dengan
sikapnya kepadaku jika dia menyukaiku lebih dari teman. Dan ketika aku membaca
suratnya kesimpulan berubah. Dia menyukaiku namun tidak akan lebih dari seorang
teman, selebihnya pun mungkin hanya sebatas sahabat. Meski mungkin rasa ingin
memiliki ada, dia akan memaksakan rasa itu akan dia batasi dengan sebuah
persahabatan saja. Hanya teman baik, ya…
sebatas sahabat terdekat.
Hari terus berganti, jam terus berputar, perlahan aku pun
mulai bingung dengan apa maunya. Dia membuat dirinya gundah, bimbang dan
membuatku ikut terjebak dengan keadaannya. Kegundahannya itu berasal dari
rasanya yang hanya ingin memastikan adakah rasa untuknya dariku. Aku tak tahu
saat itu apa yang harus aku lakukan karena aku sendiri bingung dengan maunya
hatiku. Aku pun tak mengerti dengan jalan pikirnya. Bukankah dia membatasi rasa
untukku lantas mengapa dia tawarkan pertanyaan yang membuat pikiranku
berputar-putar? Jika memang hanya sebatas teman haruskah kuhadirkan rasa ini
untuknya? Daripada aku terombang ambing dalam keadaan yang tak jelas arahnya, aku
pun memberanikan diri melangkah keluar dari apa yang sudah aku rencanakan. Dan
alhasil sekarang aku jauh dari apa yang dulu aku tetapkan di dalam hatiku,
untuk tidak membuka hati dan menempatkannya pada siapapun. Aku gagal
mempertahankannya, dia berhasil bisa berada dalam hatiku.
Aku pun tak bisa memungkiri jika rasa itu akhirnya ada
untuknnya. Meski aku harus mempertimbangkannya dengan sangat keras, aku tak
bisa berbohong jika dia ku butuhkan. Aku merasa dia sudah milikku dan aku tak
mau jika sampai ada yang memilikinya bahkan menyentuhnya kalau bisapun jangan
sampai ada yang menatapnya. Cukup aku dan hanya aku yang harus ada untuknnya.
Tapi aku tak mau jika rencanaku hancur, rencana untuk tidak mengikat benang
cinta sebelum aku menyelesaikan tugasku menjadi seorang anak. Yang lebih
tepatnya aku masih belum siap. Aku takut kesakitan yang dulu aku rasakan karena
cinta terulang.
Oh Tuhan aku hanya
manusia biasa yang ingin juga seperti yang lain. Salahkan aku keluar kembali,
salahkan aku mengulanginya? Aku siap untuk menanggung apa yang akan terjadi
pada akhirnya. Pahit, manis aku akan menanggungnya dan aku tak akan mengeluh
ataupun menyesal. Aku memohon maaf jika mungkin pilihanku salah tapi aku
inginkannya menjadi milikku. Aku tak mau mengikatnya jika aku belum mendapat
restu dari ibu. Dengan tanpa beban aku ceritakan kepadanya, dan dengan senyum
simpulnya dia berkata “yasudah nak, cari saja seseorang yang membuatmu nyaman
disana. Agar kamu pun tak terlalu ingat rumahmu dan setidaknya ada yang
menjagamu disana”. Aku hanya membalasnnya dengan senyuman nakalku.
Benangpun terikat dikelingkingku dan kelingkingnya. Namun aku
masih enggan berbagi dengannya. Terkadang aku masih malu mengungkapkan rindu
yang terselip di hariku. Namun itu tak bertahan lama, dia bagaikan dukun yang
tahu apa isi hatiku, apa yang mengganggu di dalam pikiranku. Sehingga membuat
aku tak merasa enggan untuk berbagi apapun. Sedih maupun bahagia aku bagi
dengannya begitupun dia yang berbagi cerita hidupnya yang pahit juga manis.
Entah karena aku sudah pernah sebelumnnya atau memang aku sudah terbiasa? aku
tidak terlalu prustasi dengan tikungan-tikungan yang ada dalam hubunganku. Sikap
dia yang menjengkelkanpun sedikit demi sedikit muncul kepermukaan membuat aku
kadang ingin memutuskannya karena sikapnya yang membuat aku kewalahan. Namun,
hatiku berbalik haluan ketika aku berniat meninggalnya. Aku tak bisa
meninggalkannya begitu saja, entah karena alasan apa aku masih bisa bertahan
sampai saat ini. Aku merasa dia sebagian dari hidupku yang tak bisa aku
tinggalkan. Meski terkadang aku melupakannya sejenak ketika aku berada di ruang
lingkup keluargaku seketika pun terlintas bayangnya di pikiranku, terasa ada
yang tertinggal dalam hariku.
Dia mampu membuat aku tersenyum merasakan betapa indahnya
cinta yang sudah lama tak ku rasa. Dia mengenalkan kembali betapa hangatnya
perkenalan dua insan yang saling menyayangi. Dia membuat aku kembali belajar
bersabar, mengerti, memahami, mengalah, menahan rindu, dan mampu membuat
jari-jemari ini menulis kata-kata cinta yang penuh dengan warna merona. Bukan
lagi kata-kata pilu yang ku torehkan dalam buku kecilku. Dia mampu membuat rasa
yang dulu terpaku hanya pada sang mantan hilang seketika dengan kehadiran kasih
darinya. Dia membuat aku merasa ADA dalam kehidupannya. Dia membuat aku berarti
dikehidupannya. Dia membuat aku merasa kembali ke kerinduan yang terbalaskan,
bukan lagi kerinduan yang hanya sebelah sayap saja. Dialah yang kini selalu
bersamaku. Satu hal lagi yang membuat aku yakin dia benar menyayangiku, dia
pernah berkata padaku,
“Menjadikan kamu pacar bukanlah inginku tapi harus kulakukan
agar tidak ada yang memegang bahkan mendekati kehidupanmu selain aku. Pacar
mempunyai batasan, Pacar mempunyai kata PUTUS untuk mengakhirinya. Aku hanya
ingin kamu menjadi sahabat terbaik, sahabat sampai mati. Sahabat yang tidak
memiliki kata untuk memisahkan kita”.
Tertegup hatiku bergetar ketika mendengar kata demi kata yang
terlontar dari bibir manisnya. Tuhan… terimakasih kau beri pertemuan aku
dengannya dan memberi aku kesempatan bisa mengenalnya, bisa mendapat rasa
seperti ini. Kasih sayangnya yang tulus, perhatiannya yang amat sangat membuat
aku terlena, juga cintanya yang terfokus padaku dan sulit untuk berpaling ke
yang lain.
Sebelumnya aku ucapkan selamat datang di lembar kehidupanku.
Terima kasih kau bisa menerima aku dalam kehidupanmu dan membuat aku sangat
berarti. Semoga persahabatan kita berjalan sampai pada ikatan yang akan mengikat
kita pada kebahagiaan yang abadi.
Amin…^_^
Bersambung…